Kamis, 13 November 2008

LAPORAN
GERAKAN SOSIAL
“PERGERAKAN KEAGAMAAN MAHASISWA DI KOTA SURABAYA (FORMUSA)”





















Disusun oleh:
1. Agustina Lestyaningrum (064564008)
2. Arifiyanto (064564017)
3. Yunita Anggraeni (064564213)



PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2008
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia mahasiswa merupakan sebuah kekuatan sekaligus pelopor utama dalam setiap perubahan. Sepanjang perjalanannya mahasiswa selalu menyuarakan perlawanan sebagai sikap lebih dominan. Dalam sejarahnya pada tahun 1998 telah mengambil peran yang signifikan yang mendorong mahasiswa peka terhadap permasalaham masyarakat menyebabkan mereka terdorong melakukan perubahan, mahasiswa merupakam kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mempunyai pandangan luas untuk dapat bergerak ke semua lapisan, mahasiswa paling lama memperoleh pendidikan , kesempatan sosialisasi politik yang terpajang diantara angkatan muda, kehidupan kampus membentuk gaya hidup unik melalui akulturasi sosial budaya yang tinggi diantara mereka, mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan atas susunan kekuasaan, struktur ekonomi, dan akan memiliki kelebihan tertentu dalam masyarakat, dengan kata lain adalah kelompok elit di kalangan kaum muda, seringnya mahasiswa terlibat dalam pemikiran, perbincangan dan penelitian berbagai masalah masyarakat, memungkinkan mereka tampil dalam forum yang kemudian mengangkatnya ke jenjang karier.
Ilmu pengetahuan yang diperoleh baik melalui akademis atau melalui kelompok-kelompok diskusi dan kajian, serta sikap idealisme yang lazim menjadi ciri khas mahasiswa merupakan potensi yang dimiliki generasi penerus pemerintahan, kemudian dikembangkan potensi mereka lewat organisasi-organisasi ekstra universitas yang banyak terdapat di hampir semua perguruan tinggi. Di Indonesia terdapat lima organisasi mahasiswa ekstra universitas atau sering dinamakan ormas mahasiswa, yang cukup menonjol, yaitu HMI Dipo (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), HMI MPO (Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi) dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dipo HMI lahir ditengah-tengah suasana revolusi untuk mempertahankan kemerdekaan, yaitu pada 5 Februari 1947 di kota Yogyakarta, Kemudian didirikanlah wadah perkumpulan mahasiswa Islam yang memiliki potensi besar bagi terbinanya insan akademik, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur. Sebagai ormas mahasiswa Islam yang independen dan bergerak dijalur intelektual, tidak jarang HMI melahirkan gerakan pembaharuan pemikiran Islam kontemporer di Indonesia. Beberapa kader HMI bahkan sering melontarkan wacana pemikiran Islam yang mengundang kontroversi. Misalnya saja wacana sekulerisasi agama yang diungkapkan Nurcholish Madjid melalui slogannya yang terkenal “Islam Yes, Partai Islam No!.” 2.
Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO) berdiri pada tanggal 15 maret 1986 di Jakarta, sebagai organisasi pecahan/faksi dari HMI yang disebutkan sebelumnya, terlahir akibat konflik berkepanjangan dalam menyikapi penerimaan asas tunggal tersebut
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia pada tanggal 17 April 1960 di Surabaya mendirikan sebuah organisasi sebagai wadah pergerakan angkatan mudanya dari kalangan mahasiswa yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Pada tahun 1998 PMII bersama kaum muda NU lainnya telah bergabung dengan elemen gerakan mahasiswa untuk mendukung digelarnya people’s power dalam menumbangkan rezim Soeharto. Di jalur intelektual PMII banyak mengembangkan dan mengapresiasikan gagasan-gagasan baru, misalnya mengenai hak asasi manusia, gender, demokrasi dan lingkungan hidup.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ketika situasi nasional mengarah pada demokrasi terpimpin yang penuh gejolak politik di tahun 1960-an, dan perkembangan dunia kemahasiswaan yang terkotak-kotak dalam bingkai politik dengan meninggalkan arah pembinaan intelektual, beberapa tokoh angkatan muda Muhammadiyah seperti Muhammad Djaman Alkirdi, Rosyad Soleh, Amin Rais dan kawan-kawan memelopori berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Yogyakarta pada tanggal 14 Maret 1964. Ide dasar gerakan IMM adalah; yakni membangun tradisi intelektual dan wacana pemikiran melalui intelectual enlightement (pencerahan intelektual) dan intelectual enrichment (pengkayaan intelektual).
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), KAMMI terbentuk dalam rangkaian acara FS LDK (Forum Sillaturahmi Lembaga Da’wah Kampus) Nasional X di Universitas Muhammadiyah Malang tanggal 25-29 Maret 1998. Alasan dibentuknya adalah sebagai ekspresi keprihatian mendalam dan tanggung jawab moral atas krisis dan penderitaan rakyat yang melanda Indonesia serta itikad baik untuk berperan aktif dalam proses perubahan serta membangun kekuatan yang dapat berfungsi sebagai peace power untuk melakukan tekanan moral kepada pemerintah.
Pemahaman terhadap teologi sebagai landasan filosofis berpengaruh pada tindakan politik sebagaimana pengetahuan, bahwa ada kaitan antara fikiran dan tindakan. Selanjutnya, ideologi yang dianut oleh gerakan mahasiswa Islam ini terungkap dan diwujudkan lebih jelas pada ekspresi politik.
Gerakan mahasiswa Islam sebagai realitas sosial merupakan replika atau miniatur dari kondisi masyarakat Indonesia pada umumnya. Polarisasi dan friksi yang terjadi pada ormas Islam ternyata memiliki akar kesejarahan yang cukup panjang. Sampai saat ini, tipologi Clifford Geertz tentang santri, priyayi dan abangan masih kental pada masyarakat sekarang.
Ideologi gerakan mahasiswa Islam pada dasarnya adalah Islam. Namun dalam perkembangan selanjutnya mengalami metamorfose seiring dengan perkembangan jaman. Dengan memahami ideologi meraka, kita dapat membaca atau menganalisa akan ke mana mereka selanjutnya.



B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah motivasi mahasiswa dalam mengikuti organisasi mahasiswa ekstra universitas atau sering dinamakan ormas mahasiswa, serta metode adaptif yang digunakan untuk tetap eksis dalam kegiatanya hingga sekarang.

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian untuk mengetahui keterlibatan mahasiswa dalam keikutsertaan iklim perubahan yang terjadi, memberikan gambaran bahwa gerakan mahasiswa merupakan kepentingan yang ikut mendukung maju dan berkembangnya bangsa.

D. MANFAAT PENELITIAN
a. Teoritis.
Untuk menambah wawasan keilmuan dalam peningkatan kadar intelektual.
b. Praktis.
Untuk memperkaya kajian dalam dunia akademik tentang stratifikasi sosial dalam masyarakat.





BAB II
KAJIAN TEORI

I. TEORI PERTUKARAN JARINGAN
Teori pertukaran jaringa mengombinasikan teori pertukaran sosial dan analisis jaringan. Kombinasi itu diasumsikan menyempurnakan kelebihan kedua teori sambil memperbaiki kekurangannya. Di satu sisi, analisis jaringan mempunyai keunggulan mampu membangun representrasi yang komplek dari interaksi sosial mulai dari relasi sosial yang sederhana dan dapat digambarkan, tetapi cook dan withmeyer (1992:123) mengatakan bahwa analisis ini mempunyai kekurangan tentang konsep relasi itu sendiri. Di lain pihak, teori pertukaran sosial mempunyai keunggulan karena memiliki model aktor tunggal yang membuat pilihan berdasarkan manfaat yang mungkin diraih, namun mempunyai kekurangan karena ia melihat struktur sosial terutama sebagai hasil dari pilihan individu ketimbang sebagai suatu determinan pilihan-pilihan tersebut.
Emerson (1972a, 1972b) mengawali riset tentang jaringan pertukaran sosial ketika dia menyimpulkan bahwa teori pertukaran sosial terbatas oleh fokusnya pada dua orang, atau relasi pertukaran diadik (dyadic). Dengan memperlakukan relasi-relasi itu sebagai relasi yang salin berkaitan (interconnected), Emerson kemudian melangkah maju untuk melihat pertukaran sosial sebagai sesuatu yang dilekatkan pada struktur jaringan yang lebih luas.

II INTERAKSIONISME SIMBOLIK
Interaksionisme Simbolik adalah kajian pada skala mikro, yakni pada proses-proses interaksi-diri yang berlangsung antara seorang individu dengan kesadaran subyektifnya sendiri. Karena itu, teori ini pada dasarnya adalah sebuah perspektif psikologi sosial. Sebagian besar analisisnya difokuskan pada individu (self atau diri), dan pada skala kecil hubungan interpersonal. Individu dilihat sebagai pembentuk aktif dari tindakan-tindakannya sendiri yang bisa melakukan interpretasi, evaluasi, pendefinisian, dan pemetaaan atas stimuli dan objek yang ada di depannya.
Konsep lain yang juga penting dalam interaksionisme simbolis adalah gagasan Mead tentang “I” sebagai subjek dan “Me” sebagai objek. Konsep seperti ini sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia, karena kata “Aku” bisa sekaligus menjadi subjek atau objek. Bagi Mead “I” mencerminkan sosok individu yang melakukan tindakan secara bebas, spontan dan aktual sehingga “I” dianggap sebagai yang non-reflektif. Sementara “Me” bersifat reflektif, artinya apa yang telah dilakukan oleh “I” menjadi kajian refleksi bagi “Me”. “I” menjadi ingatan bagi “Me” dan ingatan tersebut sewaktu-waktu dinilai sendiri oleh “Me” dari kacamata orang lain. “I” dan “Me” (yang keduanya menyatu dalam setiap sosok individu) dengan demikian menjadi cerminan bagi “konsep-diri”.
1. Salah satu keberatan atas teori interaksionisme simbolik adalah justru penekanannya yang terlampau bersifat psikologis, sehingga sulit dipakai untuk menganalisa problem-problem sosiologis dalam skala besar. Menganalisa perubahan sosial, misalnya, tidak cukup hanya dengan melihat akibat dari atau dorongan-dorongan ke arah perubahan-perubahan tersebut pada level individual. Pada sisi lain, perspektif ini juga cenderung terjebak pada determinisme psikologis untuk menjelaskan realitas sosial. (www.google.com G:\TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK.htm)

III. TINDAKAN SOSIAL
Tindakan Sosial dibedakan menjadi 4 tipe tindakan (Doyle Paul Johnson. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia. Halaman 211.):
1. Tindakan Sosial Instrumental
Dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dan tujuan yang akan dicapai dengan didasari tujuan yang telah matang dipertimbangkan.
2. Tindakan Sosial Berorientasi Nilai
Dilakukan dengan memperhitungkan manfaat dan tujuan yang ingin dicapai tidak terlalu dipertimbangkan.
3. Tindakan Sosial Tradisional
Termasuk kebiasaan yang berlaku selama ini dalam masyarakat
4. Tindakan Afektif
Sebagian besar tindakan dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa perhitungan atau pertimbangan yang matang.



BAB III
METODE PENELITIAN

A. Sifat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan di Surabaya menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dan utuh mengenai pergerakan mahasiswa dalam hal keagamaan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yakni peneliti berusaha memahami makna (interpretative under standing) dari peristiwa atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat dan suatu hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Tujuan fenomenologi adalah untuk dapat menggambarkan perilaku-perilaku yang dilakukan masyarakat dalam kehidupannya.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan mengambil lokasi Surabaya yang merupakan daerah yang akan diteliti oleh peneliti dan akan dilaksanakan selama bulan Oktober sampai November. Alasan metodelogis pemilihan Surabaya karena Surabaya adalah kota metropolitan dan sesuai dengan judul yang diambil oleh peneliti. Juga penelitian dilakukan dengan wawancara melalui internet.
C. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anggota pergerakan mahasiswa dalam hal keagamaan. Anggota mahasiswa keagamaan yang ada di Surabaya dimungkinka bisa memenuhi informasi mengenai penelitian kami.. Yang pada akhirnya diharapkan dapat memenuhi informasi menganai fenomena pergerakan keagamaan mahasiswa.

D. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan dalam penelitian ini menggunakan data primer. Penggalian data primer menggunakan metode observasi dan teknik indepth intervier serta snowball sampling. Indepth interview digunakan untuk menggali data yang sedalam-dalamnya, hal ini bertujuan agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Data yang dikumpulakan berupa jawaban-jawaban, ucapan-ucapan, atau perilaku yang didasarkan dari hubungan empati, respon itu pun pengelompokan dari berbagai fenomena yang ditemukan di lapangan. Kemudian memahami artinya secara mendalam dan dicatat dalam field note (catatan lapangan). Snowball sampling digunakan dengan menggali data dari permukaan sampai data yang terdalam. Teknik ini menetapkan pihak pemerintah kota Surabaya sebagai Key Informan, karena dari pihak ini lah peneliti mendapatkan informasi-informasi.



E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengatur, mengorganisasikan, ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian data. Proses analisis data ini peneliti mengumpulkan data secara bertahap. Pertama, peneliti menelaah seluruh dari berbagai sumber dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, yaitu melalui pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang terjadi serta respon dan perilaku masyarakat Surabaya. Kedua, setelah peneliti mengumpulkan data maka data tersebut akan di proses dan dianalisis menggunakan teori-teori yang telah dirumuskan oleh peneliti pada rinjauan teori, ketiga, peneliti akan menginterprestasikan data yang telah diolah dan diperoleh dilapangan dengan menggunakan metode triangulasi, metode ini dapat ditempuh dengan beberapa langkah yaitu,
(1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
(2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
(3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
(4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan mengengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.
(5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitaN.

BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskripsi daerah penelitian dilakukan di daerah surabaya selatan yaitu di ketintang, alasan memilih daerah ketintang dikarenakan tema penelitian ini sesuai dengan penelitian yang kita ambil. Di daerah ketintang banyak pergerakan agama islam. Pergerakan agama islam itu adalah salah satunya FORMUSA (forum mahasiswa muslim unesa) yang berpusat di UNESA. Formusa berdiri sejak tahun 2006 dengan anggota 50 anak dan kebanyakan dari anak F.MIPA. anggota formusa ada juga yang pecahan dari KAMMI (kesatuan aksi mahasiswa muslim indonesia).
Kesekeriatan formusa terletak di jetis kulon gang VIII dengan ketuanya Bachtiar. Anggota formusa sekarang ini berjumlah ratusan tidak sampai ribuan karena para pengurus formusa belun bisa memastikanny, hal ini didasarkan pada setiap anggota formusa yang yang sudah menyelesaikan perkuliahannya akan mencari pekerjaan atau kembali ke daerah asal faktor inilah yang menyebabkan jumlah anggota formusa tidak bisa menyampai seribu orang.
Anggota formusa kebanyakan berjenis kelamin puteri dengan usia 18-24 tahun. Anggota formusa banyak berasal dari F.MIPA karena fakultas ini dianggap efektif untuk menyebarkan informasi tentang formusa dan dekat dengan masjid Unesa. Masjid unesa dianggap cara yang efektif karena banyak orang yang beribadah yang tujuannya menjalankan perintah allah atau sesuai dengan ajaran agama islam.
Banyak sekali anggota formusa yang menjalin hubungan baik dengan anggota pergerakan islam yang lainnya, salah satunya adalah pergerakan islam HTI (isbukhtahrier). Kedua pergerakan ini sama-sama beraliran agama islam tetapi mempunyai paham yang berbeda, bedanya adalah bisa dilihat dari cara berpakaian. Kalau formusa pada wanitanya berpakaian baju potongan tetapi kalau isbukhtahrier memakai pakaian terusan atau jubah meski kedua pergerakan ini sama-sama memakai kerudung yang lebar dengan tujuan menutupi bagian yang paling penting atau menutupi aurot yang hanya ditujukan bagi pasangan atau mukhrim yang sudah sah dengan disahkan oleh pernikahan.














BAB V
TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Subyek penelitian pada penelitian ini adalah para pengurus dan anggota formusa yang tahu seluk beluk atau latar belakang tentang pergerakan agama islam khususnya FORMUSA. Kebanyakan anggota formusa dari kota atau daerah di luar surabaya. Subyek penelitian rata-rata berusia 18-24 tahun, para anggota formusa tahu tentang pergerakan keagamaan ini dari informasi pada awalnya dari kakak angkatan atau kakak kelas, ada juga anggotanya dikirim dari sekolah yang telah memiliki hubungan anggota alumninya telah bergabung dalam formusa. Mereka mengetahui tentang Formusa, yang selalu memberikan kepedulian antar sesama dan saling membantu. Seperti yang diungkapkan oleh Ani (20):
Cara anak Formusa untuk menjaring anggotanya biasa dilakukan ketika ada mahasiswa baru. Pada saat daftar ulang, mereka memberikan selebaran dan menawarkan tempat tinggal di suatu kontrakan. Dalam Formusa ini kepedulian antar sesama sangat kuat, saling membantu. Hal ini bisa dilihat ketika ospek mahasiswa baru, kakak-kakak asrama membantu untuk memenuhi apa yang diperlukan adik-adiknya.

Subyek penelitian kami kebanyakan dari jenis kelamin perempuan dikarenakan jenis kelamin perempuan dianggap lebih mudah untuk memberikan informasi kepada peneliti karena subyek penelitian berjenis kelamin laki-laki dianggap peneliti susah untuk memberi informasi. Terlihat juga dari sejumlah asrama lebih banyak asrama putrinya. Anggotanya terkonsentrasi di fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam, memang sebelumnya senioritas terbentuk lebih kuat sesuai dengan teori pertukaran jaringan.
Kaderisasi dilakukan pada saat kegiatan mahasiswa baru, mulai dari pendaftaran hingga pelaksanaan PKKMB, dengan cara memberikan selebaran dan penawaran tempat tinggal bagi mahasiswa baru yang belum tahu harus bermalam dimana, juga membantu dalam proses tahap-tahap daftar ulang hingga selesai. Seperti yang diungkapkan oleh Kepedulian yang tinggi sengaja diutamakan untuk melayani mereka yang ditargetkan bisa bergabung bersama-sama, kaderisasi ini ditinjau dari pertukaran jaringan bahwa aktor sangat besar keberadaannya untuk mengambil keputusan berdasarkan manfaat yang mereka rasakan.
Kegiatan dalam pembinaan kualitas akhlak anggotanya agar lebih menjadi baek, dengan kegitan rutinnya tiap pekan diadakan kajian dengan cara kelompok-kelompok, banyaknya dalam satu kelompok lima hingga sepuluh orang. Kehadirannya diharuskan sehingga ada indikator loyalitas tiap anggotanya. Kegiatannya adalah awal dilakukan pembacaan alquran, hafalan ayatnya, taujih, pemberian materi tentang islam, diskusi tentang kegiatan dilakukan atau mendiskusikan proges dakwa yang dilakukan dikampus. Serta membahas hal pribadi yang mempengaruhi kemajuan dari akademik tiap akhir dan awal semester, menentukan cara terbaik untuk memperolah nilai, dan menyerahkan hasilnya untuk dievaluasi.
Kemampuan yang telah dimiliki oleh tiap kader bukan hanya untuk memberi manfaat pada dirinya sendiri, melainkan tiap kader diberikan kewajiban untuk melakukan pengkaderan atau mencari anggota baru untuk dapat diajak bersama-sama diajak bersama-sama dalam kegiatan formusa, yang kedua update internal kader, ketiga adalah amanah kaderisasi yang diberikan harus dilakukan. Stimulus perekrutan yang dilakukan dengan cara melakukan pendekatan secara hati, melakukan pengakaraban terlebih dahulu guna untuk memberi kesan yang baik, selanjutnya meciptakan nilai lebih tentang apa yang formusa miliki dengan progam-progamnya dan pemberian fasilitas sesuai keperlian mahasiswa baru.
Proses pendidikan yang dilakukan stateginya sangat bagus, pendekatan yang dilakukan selalu dievaluasi untuk meningkatkan kwlitas bagi anggota sehingga tujuan selain berguna untuk pribadi kita sendiri juga memberi manfaat terhadap orang-orang sekitar kita. Pengetahuan bukan hanya dalam bidang keagamaan aja lebih luas pendidikan yang kita terima pendidikan tentang politik, interpreineur, berdagang, namun lebih banyak adalah memberikan ilmu kemampuan untuk menata struktur sistem, dan menjadi birokrasi yang baik. Tindakan yang dilakukan organisasi formusa ini dilandasi dengan sesuai Tindakan sosial yaitu: Tindakan Sosial Instrumental: Dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dan tujuan yang akan dicapai dengan didasari tujuan yang telah matang dipertimbangkan. kedua adalah, Tindakan Sosial Berorientasi Nilai: Dilakukan dengan memperhitungkan manfaat dan tujuan yang ingin dicapai tidak terlalu dipertimbangkan. Selanjutnya Tindakan Sosial Tradisional
termasuk kebiasaan yang berlaku selama ini dalam masyarakat.
Pada tindakan sosial pergerakan keagamaan formusa mengalami kemajuan dalam melakukan tindakan, salah satunya adalah tindakan saling tolong menolong atau toleransi antar anggota formusa. Rasa saling tolong menolong antar anggota diperlihatkan dalam kegiatan bakti sosial untuk orang tidak mampu atau menjenguk temannya yang lagi sakit, seperti yang di ungkapkan rima (21) :
”Bakti sosial yang banyak dilakukan adalah bakti sosial dalam hal kesehatan. Bakti sosial yang terakhir ini dilakukan adalah di daerah Darmo. Bakti sosial tidak hanya kesehatan tetapi juga bakti sosial bahan pokok tapi memang sering bakti sosial tentang kesehatan”.

Dalam teori interaksionisme simbolik dapat terjadi pada pembicaraan antar sesama anggota formusa yang berada dalam satu asrama. Satu asrama terdiri dari 11-14 orang, sedangkan jumlah asrama puteri sendiri adalah 9 asrama. Asrama putra terdiri atas 8 asrama. Pembicaraan yang mereka bicarakan biasanya masalah perkuliahan dan keadaan perekonomian karena kedua masalah itu dianggap sangat penting bagi mereka yang kebanyakan dari luar Surabaya atau pendatang.
Biaya hidup anggota formusa kira-kira satu bulan adalah 110 ribu dan 700 ribu untuk membayar kontrakan selama 1 tahun. Iuran sebesar 110 ribu itu digunakan untuk makan selama 1 bulan dan membayar listrik, seperti yang diungkapkan oleh nurin (21):
“diadakan iuran perbulan, yang digunakan untuk makan dan bayar lstrik. Untuk uang kontrakan Rp.700.000,- dan untuk makan dan lain-lain Rp.110.000,- per orang. Di sini juga ada piket untuk membersihkan rumah, memasak dan lain-lain. Setiap anggota yang ada di asrama ini wajib menjalankannya. Kalau sampai melanggar maka akan dikenakan sanksi”.

Interaksi lainnya juga terdapat pada kegiatan sholat berjamaah pada shalat subuh, maghrib dan isya. Setelah sahalat magrib mereka melakukan kegiatan tila’ah bersama, setipa anak membaca 3 ayat. Waktu shalat subuh mereka tidak menggunakan qunut dikarenakan menghindari perbedaan antara penganut muhammadiyah dan nahdatul ulammah (NU).
Interaksi antar anggota formusa di jalin sejak awal mereka masuk menjadi anggota formusa dan menyetujui tentang peraturan-peraturan yang sudah mereka buat, salah satunya adalah menghindari untuk menjalin hubungan asmara dengan lawan jenis tau bukan dengan mukhrimnya. Peraturan itu di buat untuk menghindarkan mereka berbuat yang tidak-tidak atau yang dilarang oleh agama, karena gerakan agama ini di buat beraliran atau bernafaskan agama islam. Para anggota formusa sudah mengetahui peraturan ini sejak awal karena memang sudah di sosialisasikan sejak mereka masuk dalam anggota formusa.
Tujuan dari formusa adalah IZZAH yang artinya mengembalikan kemuliaan islam. Tujuan ini di buat untuk menjadikan seseorang untuk menjadi yang sempurna (KAFFAH) dengan kata lain perbaikan-perbaikan diri dari yang buruk menjadi yang lebis baik atau menuju kearah yang sempurna.
Eksistensi formusa ada setelah KAMMI mengalami kefakuman pada anggota dan sistem kerjanya, maka dari itu angota KAMMI banyak yang bergabung dalam formusa dikarenakan tujuan yang formusa buat hampir sama dngan tujuan dari KAMMI.
Cara berpakaian anggota formusa dapat dilihat pada kerudung atau jilbab yang cukup besar dan bajunya memakai rok panjang dengan warna gelap yang bertujuan untuk menutup aurat dan menghindari pandangan yang merugikan para kaum perenpuan. Mereka memakai stocking dan sarung tangan sehingga menutup bagian-bagian yang sensitif bagi kaum perempuan.
Di dalam formusa juga terjadi pertentangan atau masalah yang dapat menimbulkan suatu pertengkaran antar anggota formusa. Permasalahan yang terjadi salah satunya adalah ketika ada anggota formusa yang ketahuan menjalin hubungan dengan lawan jenis (pacaran) maka akan diperingatkan terlebih dahulu sampai 3x tetapi apabiala sampai peringatan terakhir tidak di hiraukan maka konsekuensinya adalah dikeluarkan dari asrama tersebut jadi secara tidak langsung anak itu akan dikeluarkan dari anggota formusa.


















BAB VI
KESIMPULAN

Gerakan mahasiswa Islam sebagai realitas sosial merupakan replika atau miniatur dari kondisi masyarakat Indonesia pada umumnya. Polarisasi dan friksi yang terjadi pada ormas Islam ternyata memiliki akar kesejarahan yang cukup panjang. Sampai saat ini, tipologi Clifford Geertz tentang santri, priyayi dan abangan masih kental pada masyarakat sekarang.
Ideologi gerakan mahasiswa Islam pada dasarnya adalah Islam. Namun dalam perkembangan selanjutnya mengalami metamorfose seiring dengan perkembangan jaman. Dengan memahami ideologi meraka, kita dapat membaca atau menganalisa akan ke mana mereka selanjutnya.
Subyek penelitian pada penelitian ini adalah para pengurus dan anggota formusa yang tahu seluk beluk atau latar belakang tentang pergerakan agama islam khususnya FORMUSA, dengan subyek penelitian berusia 18-24 tahun.
Pergerakan agama islam itu adalah salah satunya FORMUSA (forum mahasiswa muslim unesa) yang berpusat di UNESA. Formusa berdiri sejak tahun 2006 dengan anggota 50 anak dan kebanyakan dari anak F.MIPA. anggota formusa ada juga yang pecahan dari KAMMI (kesatuan aksi mahasiswa muslim indonesia).
Tujuan dari formusa adalah IZZAH yang artinya mengembalikan kemuliaan islam. Tujuan ini di buat untuk menjadikan seseorang untuk menjadi yang sempurna (KAFFAH) dengan kata lain perbaikan-perbaikan diri dari yang buruk menjadi yang lebis baik atau menuju kearah yang sempurna.
Eksistensi formusa ada setelah KAMMI mengalami kefakuman pada anggota dan sistem kerjanya, maka dari itu angota KAMMI banyak yang bergabung dalam formusa dikarenakan tujuan yang formusa buat hampir sama dngan tujuan dari KAMMI.
Cara berpakaian anggota formusa dapat dilihat pada kerudung atau jilbab yang cukup besar dan bajunya memakai rok panjang dengan warna gelap yang bertujuan untuk menutup aurat dan menghindari pandangan yang merugikan para kaum perenpuan. Mereka memakai stocking dan sarung tangan sehingga menutup bagian-bagian yang sensitif bagi kaum perempuan.












DAFTAR PUSTAKA

1. www.google.com (G:\Melacak “Akar” Ideologi Gerakan Mahasiswa Islam.htm)
2. www.google.com (G:\Radikalsime Agama (FPI, FKAWJ, MMI, dan HAMMAS) dan Perubahan Sosial di DKI Jakarta.htm)
3. www.google.com (G:\Sepintas Gerakan Mahasiswa Islam di Indonesia Portal KAMMI.htm)
4. www.google.com (G:\TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK.htm)
5. Doyle Paul Johnson. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia. Halaman 211.












FIELD NOTE

Nama : Ani
Usia : 20 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Karangrejo Sawah, Surabaya

Catatan : Pada saat kami melakukan penelitian itu subyek berada di ruang tamu persiapan berangkat kuliah.


Catatan Refleksi
Ani adalah seorang mahasiswa F.MIPA jurusan Fisika 2005 Universitas Negeri Surabaya. Pada awalnya dia ditawari tempat tinggal oleh kakak kelasnya sewaktu di SMA, dia hanya dikasih tahu alamatnya. Setelah ketemu dia bertempat tinggal di ketintang I, awalnya dia tidak tahu kalau kontrakan di situ kebanyakan adalah anak Formusa.
Setelah beberapa bulan dia pindah ke asrama di Karangrejo Sawah, yang di situ ditempati oleh 14 anak. Dalam Formusa terdapat 9 asrama putri dan 8 asrama putra. Dalam suatu asrama tersebut ada program sholat berjama’ah dan tila’wah bersama setelah sholat maghrib. Jam malam di asrama tersebut sekitar jan 21.00-21.30.
Cara anak Formusa untuk menjaring anggotanya biasa dilakukan ketika ada mahasiswa baru. Pada saat daftar ulang, mereka memberikan selebaran dan menawarkan tempat tinggal di suatu kontrakan. Dalam Formusa ini kepedulian antar sesama sangat juat, saling membantu. Hal ini bisa dilihat ketika ospek mahasiswa baru, kakak-kakak asrama membantu untuk memenuhi apa yang diperlukan adik-adiknya.
Asrama ini diberi nama “ZASKIA”, yang kebanyakan anggotanya dari anak F.MIPA, tetapi ada juga dari anak ekonomi dan tehnik. Dalam asrama ini mendirikan suatu usaha jualan pulsa yang dinamakan “Formusa Cell”. Dalam Formusa ini dibedakan menjadi 3, yaitu Formusa besar, Formusa fakultas dan Formusa Jurusan.
Karena anggota Formusa ini sangat banyak dan mempunyai asrama yang banyak pula, maka setiap 2 bulan sekali mereka mengadakan rapat bersama. Yang diwakili setiap asrama minimal ketuanya saja. Setelah itu hasil rapat juga disampaikan kepada masing-masing asrama. Visi dan misi dalam Formusa ini adalah menebarkan syareat Islam agar bisa menyeluruh di seluruh lapisan masyarakat khususnya di UNESA.
Dalam Formusa juga ada peraturan-peraturan yang wajib dipatuhi oleh semua anggota formusa. Antara lain: dilarang berpacaran dan berhubungan intim dengan luar jenis. Apabila hal tersebut dilanggar, maka akan mendapatkan sanksi. Atau bisa juga dikeluarkan apabila anak tersebut sudah diperingatkan berkali-kali tetapi masih melanggar aturan yang berlaku. Latar belakang subyek









Peraturan Formusa








Cara formusa menjaring anggota











Anggota asrama Zaskia








Visi dan misi Formusa











Peraturan Formusa



























FIELD NOTE

Nama : Nurin
Usia : 21 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Karangrejo Sawah, Surabaya

Catatan : Pada saat kami melakukan penelitian itu subyek berada di ruang tamu setelah pulang kuliah.


Catatan Refleksi
Nurin adalah seorang mahasiswa F.MIPA jurusan Kimia 2005 Universitas Negeri Surabaya. Pada saat daftar ulang, mereka memberikan selebaran dan menawarkan tempat tinggal di suatu kontrakan. Dalam Formusa ini kepedulian antar sesama sangat juat, saling membantu. Hal ini bisa dilihat ketika ospek mahasiswa baru, kakak-kakak asrama membantu untuk memenuhi apa yang diperlukan adik-adiknya.
Karena dia tidak mempunyai tempat tinggal dan masih sendiri, akhirnya dia mau untuk ikut satu kontrakan bersama mereka. Awalnya dia tidak betah tinggal di situ, karena banyak sekali peraturan yang harus dijalani. Selain itu juga dia tidak memakai jilbab, sehingga dia malu dengan kakak asramanya, karena mereka semua pada memakai jilbab.
Tetapi lama-kelamaan dia bisa menyesuaikan dengan anggota asramanya dan dia juga sudah betah untuk tinggal bersama di asrama tersebut. Karena di situ ada kepedulian dari teman-teman dan saling membantu antar sesama. Sehingga ketika ada suatu masalah maka yang lain bisa membantu untuk menyelesaikannya.
Karena di asrama tersebut banyak anggotanya, maka diadakan iuran perbulan, yang digunakan untuk makan dan bayar lstrik. Untuk uang kontrakan Rp.700.000,- dan untuk makan dan lain-lain Rp.110.000,- per orang. Di sini juga ada piket untuk membersihkan rumah, memasak dan lain-lain. Setiap anggota yang ada di asrama ini wajib menjalankannya. Kalau sampai melanggar maka akan dikenakan sanksi.
Dalam Formusa juga ada peraturan-peraturan yang wajib dipatuhi oleh semua anggota formusa. Antara lain: dilarang berpacaran dan berhubungan intim dengan luar jenis. Apabila hal tersebut dilanggar, maka akan mendapatkan sanksi. Atau bisa juga dikeluarkan apabila anak tersebut sudah diperingatkan berkali-kali tetapi masih melanggar aturan yang berlaku.

Latar belakang subyek











Nurin ikut masuk dalam kontrakan Formusa








Penyesuaian dalam asrama








Iuran dalam asrama











Peraturan dalam Formusa





























FIELD NOTE


Nama : Andika Setyo Budi
Usia : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Ketintang 1, Surabaya

Catatan : Pada saat kita melakukan penelitian saudara andika sedang melakukan kegiatan bersantai di kontrakannya bersama teman-temannya .


CATATAN REFLEKSI
Andika adalah seorang mahasiswa semester sembilan F.MIPA universitas negeri Surabaya. Dulu waktu masa SMA andika pernah mengikuti suatu organisasi keagamaan yaitu organisasi SKI yang menjadi inspirator dalam organisasi tersebut.
Awal masuk perkuliahan andika masih bingung untuk mencari tempat tinggal lalu ada seorang teman yang mengajaknya untuk satu tempat tinggal dalam suatu kontrakan di daerah ketintang. Dia tidak mengetahui kalau dalam kontrakan tersebut banyak anggota dari ogranisasi keasatuan aksi mahasiswa indonesia (KAMMI).
Dalam organisasi KAMMI mempunyai tujuan untuk memperbaiki diri dan akhlak seseorang yang menjadi baik dari yang dulunya buruk. Setelah beberapa bulan akhirnya dia mengetahui kalau kontrakan itu adalah base camp dari organisasi KAMMI. Lama kelamaan andika juga ikut dalam oranisasi tersebut dan menjadi anggota tetap.
Tujuan dari organisasi KAMMI adalah IZZAH yang artinya adalah mengembalikan atau menyempurnakan islam dalam semua arti kebaikan dalam agama islam yang sudah tertulis dalam kitab suci al-qur’an.
Fasilitas yang akan di dapatkan anggota KAMMI adalah tempat tinggal gratis dalam base camp dan fasilitas yang lainnya antara lain adalah kegiatan-kegiatan yang diadakan atau dilakukan oleh acara KAMMI.
Angota KAMMI sekarang ini sudah banyak dan dari semua golongan mahasiswa tetapi kebanyakan anggota KAMMI adalah mahasiswa dari F.MIPA. organisasi ini bernafaskan agama islam jadi aturan-aturan yang di pakai sesuai dengan ajaran atau syariat agama islam.
Tugas kader ini adalah :
1. amanah kaderisasi
2. up date internal kader
3. melakukan rekrutmen anggota baru
Stimulus yang ditawarkan disini adalah:
1. kedekatan hati
2. menciptakan intrapersonal ( nilai lebih )
3. memberikan fasilitas keperluan mahasiswa baru Latar belakang subyek penelitian






Awal subyek penelitian mengikuti organisasi







Tujuan organisasi KAMMI









Tujuan organisasi KAMMI





Fasilitas organisasi KAMMI





Anggota KAMMI







Tugas kader



Stimulus yang ditawarkan





















FIELD NOTE


Nama : Khoiron
Usia : 20 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Ketintang 1, Surabaya

Catatan : Pada saat kita melakukan penelitian saudara andika sedang melakukan kegiatan bersantai di kontrakannya bersama teman-temannya .


CATATAN

Kegiatan yang dilakukan dalam kajian tiap pekannya adalah halaqoh yaitu didalam kita mengaji dari alquran, hafalan, tauji, pemberian materi, sharing antar anngota dalam kegiatan sehari harinya, dalam stu kelompok terdiri dari lima hingga sepulah dibina oleh seorang ustadz.
Dulunya saya juga tidak tahu bahwa formusa adalah organisasi yang orientasinya dakwa didalam kampus, tapi saya bersyukur selama di formusa hati lebih tenang adanya pembinaan tiap kali kita membutuhkan, kebiasaan saling mengingatkan membuat saya lebih yakin bahwa lingkunga kampus sangat berpebgaruh besar, kalau salah dikit aja arah tujuan hidup kita akan berubah sudah tidak sesuai lagi keninginan murni saat kita ingin kuliah.
Masuk saya dalm formusa diperkenalakan oleh temen sma yang terlabih dahulu ikut, awal mahasiswa baru selalu ditolong bahkan urusan mengenai sarat dan lainnya untuk daftear ulang selalu diusahakan sehingga saya merasa nyaman dengan orang-orangnya. Kepedulian mereka sangat tinggi membuat anak baru yang tidak tahu menjadi lebih tenang karena selalu mendapatkan arahan juga bimbingan.
Proses pendidikan yang dilakukan stateginya sangat bagus, pendekatan yang dilakukan selalu dievaluasi untuk meningkatkan kwlitas bagi anggota sehingga tujuan selain berguna untuk pribadi kita sendiri juga memberi manfaat terhadap orang-orang sekitar kita. Pengethuan bukan hanya dalam bidang keagamaan aja lebih luas pendidikan yang kita terima pendidikan tentang politik, interpreineur, berdagang, namun lebih banyak adalah memberikan ilmu kemampuan untuk menata struktur sistem, dan menjadi birokersi yang baik.
REFLEKSI

Kegiatan tiap pertemuan







Orientasi formusa











Awal ikut menjadi anngata











Pendidikan yang diperoleh.




















FIELD NOTE


Nama : Siti Arima
Usia : 21 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Karangrejo Sawah, Surabaya

Catatan : Pada saat peneliti mendatangi subyek penelitian sedang melakukan kegiatan bersantai sambil mendengarkan lagu lewat komputer karena memang dikontrakan terdapat komputer meski cuman satu buah.

CATATAN REFLEKSI
Rima adalah salah satu mahasiswa jurusan PMPKN angkatan 2006 universitas surabaya. Rima berasal dari lamongan kecamatan sumlaran. Rima anak pertama dari dua bersaudara yang berjenis kelamin perempuan semuanya. Adik rima sekarang kelas dua SMP di lamongan.

”saya berasal dari lamongan datang ke Surabaya untuk menuntut ilmu karena saya janji kepada kedua orang tua saya akan mencari ilmu setinggi-tingginy sampai bats kemampuan saya”.

Rima kuliah di Unesa lewat jalur PMDK atau jalur prestasi. Rima memilih kuliah di PMPKN dikarenakan dia berkeinginan untuk menjadi seorang guru yang mengajar tentang kesatuan dan persatuan negara indonesia.
Awal mulanya rima mengetahui tentang formusa adalah di saat dia daftar ulang untuk menjadi mahasiswa unesa terdapat stan formusa yang menginformasikan bahwa formusa menyediakan tempat tinngal untuk ditinggali pada saat kita kuliah.

”awalnya saya gak tau kalau formusa adalah organisasi islam, saya baru tahu setelah bertempat tinggal satu bulanan disana.setelah saya tahu tentang formusa saya tetap tinggal dikontrakannya formusa karena saya merasa nyaman dan terlendungi dari hal-hal yang merugikan saya dan mengecewakan kedua orang tua saya di lamongan”.
”awalnya saya tidak menggunakan jilbab atau kerudung seperti yang saya kenakan sekarang ini tetapi lingkungan tempat tinngal saya menggunakan peralatan seperti ini jadi secara tidak langsung hati dan pikiran saya pengen untuk menggunakannya tetapi perlu proses vyang cukup lama untuk saya menyesuaikan keadaan saya yang baru dengan menggunakan kerudung”.

Rima sekarang menjadi anggota tetap formusa karena memang sudah dua tahunan ia berkecimpung dalam pergerakan islam ini. Ia merasa akan tetap pada pergerakan islam ini karena ia sudah merasa nyaman dan enak karena di formusa ia bisa mengespresikan keinginan yang ingin ia wujudkan.
Dalam formusa banyak agenda acara salah satunya adalah bakti sosial. Dana yang diperoleh untuk bakti sosial kebanyakan diperoleh dari DPD partai PKS tetapi sisanya dari uang kas yang dimiliki oleh formusa sendiri. Bakti sosial yang banyak dilakukan adalah bakti sosial dalam hal kesehatan. Bakti sosial yang terakhir ini dilakukan adalah di daerah Darmo. Bakti sosial tidak hanya kesehatan tetapi juga bakti sosial bahan pokok tapi memang sering bakti sosial tentang kesehatan. Latar belakang subyek penelitian


















Awal mula mengetahui tentang formusa


























Anggota formusa






Acara atau agenda dalan formusa

Jumat, 31 Oktober 2008

CATATAN LAPANGAN

NAMA : ANDIKA SETYO BUDI

USIA : 23 Tahun

PEKERJAAN : Mahasiswa

ALAMAT : Ketintang 1, Surabaya

Catatan : pada saat kita melakukan penelitian saudara andika sedang melakukan kegiatan bersantai di kontrakannya bersama teman-temannya .


CATATAN
REFLEKSI
Andika adalah seorang mahasiswa semester sembilan F.MIPA universitas negeri Surabaya. Dulu waktu masa SMA andika pernah mengikuti suatu organisasi keagamaan yaitu organisasi SKI yang menjadi inspirator dalam organisasi tersebut.
Awal masuk perkuliahan andika masih bingung untuk mencari tempat tinggal lalu ada seorang teman yang mengajaknya untuk satu tempat tinggal dalam suatu kontrakan di daerah ketintang. Dia tidak mengetahui kalau dalam kontrakan tersebut banyak anggota dari ogranisasi keasatuan aksi mahasiswa indonesia (KAMI).
Dalam organisasi KAMI mempunyai tujuan untuk memperbaiki diri dan akhlak seseorang yang menjadi baik dari yang dulunya buruk. Setelah beberapa bulan akhirnya dia mengetahui kalau kontrakan itu adalah base camp dari organisasi KAMI. Lama kelamaan andika juga ikut dalam oranisasi tersebut dan menjadi anggota tetap.
Tujuan dari organisasi KAMI adalah IZZAH yang artinya adalah mengembalikan atau menyempurnakan islam dalam semua arti kebaikan dalam agama islam yang sudah tertulis dalam kitab suci al-qur’an.
Fasilitas yang akan di dapatkan anggota KAMI adalah tempat tinggal gratis dalam base camp dan fasilitas yang lainnya antara lain adalah kegiatan-kegiatan yang diadakan atau dilakukan oleh acara KAMI.
Angota KAMI sekarang ini sudah banyak dan dari semua golongan mahasiswa tetapi kebanyakan anggota KAMI adalah mahasiswa dari F.MIPA. organisasi ini bernafaskan agama islam jadi aturan-aturan yang di pakai sesuai dengan ajaran atau syariat agama islam.

Latar belakang subyek penelitian






Awal subyek penelitian mengikuti organisasi






Tujuan organisasi KAMI








Tujuan organisasi KAMI





Fasilitas organisasi KAMI




Anggota KAMI

Senin, 20 Oktober 2008

proposal gerakan sosial

PROPOSAL
GERAKAN SOSIAL
“PERGERAKAN KEAGAMAAN MAHASISWA DI KOTA SURABAYA”





















Disusun oleh:
1.Agustina Lestyaningrum (064564008)
2.Arifiyanto (064564017)
3.Yunita Anggraeni (064564213)



PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2008


BAB I
PENDAHULUAN
 
A.LATAR BELAKANG.
Dalam sejarah perkembangan bangsa bangsa Indonesia mahasiswa merupakan sebuah kekuatan sekaligus pelopor utama dalam setiap perubahan. Sepanjang perjalanannya mahasiswa selalu menyuarakan perlawanan sebagai sikap lebih dominan. Dalam sejarahnya pada tahun 1998 telah mengambil peran yang signifikan yang mendorong mahasiswa peka terhadap permasalaham masyarakat menyebabkan mereka terdorong melakukan perubahan, mahasiswa merupakam kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mempunyai pandangan luas untuk dapat bergerak ke semua lapisan, mahasiswa paling lama memperoleh pendidikan , kesempatan sosialisasi politik yang terpajang diantara angkatan muda, kehidupan kampus membentuk gaya hidup unik melalui akulturasi sosial budaya yang tinggi diantara mereka, mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan atas susunan kekuasaan, struktur ekonomi, dan akan memiliki kelebihan tertentu dalam masyarakat, dengan kata lain adalah kelompok elit di kalangan kaum muda, seringnya mahasiswa terlibat dalam pemikiran, perbincangan dan penelitian berbagai masalah masyarakat, memungkinkan mereka tampil dalam forum yang kemudian mengangkatnya ke jenjang karier.
Ilmu pengetahuan yang diperoleh baik melalui akademis atau melalui kelompok-kelompok diskusi dan kajian, serta sikap idealisme yang lazim menjadi ciri khas mahasiswa merupakan potensi yang dimiliki generasi penerus pemerintahan, kemudian dikembangkan potensi mereka lewat organisasi-organisasi ekstra universitas yang banyak terdapat di hampir semua perguruan tinggi. Di Indonesia terdapat lima organisasi mahasiswa ekstra universitas atau sering dinamakan ormas mahasiswa, yang cukup menonjol, yaitu HMI Dipo (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), HMI MPO (Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi) dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dipo HMI lahir ditengah-tengah suasana revolusi untuk mempertahankan kemerdekaan, yaitu pada 5 Februari 1947 di kota Yogyakarta, Kemudian didirikanlah wadah perkumpulan mahasiswa Islam yang memiliki potensi besar bagi terbinanya insan akademik, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur. Sebagai ormas mahasiswa Islam yang independen dan bergerak dijalur intelektual, tidak jarang HMI melahirkan gerakan pembaharuan pemikiran Islam kontemporer di Indonesia. Beberapa kader HMI bahkan sering melontarkan wacana pemikiran Islam yang mengundang kontroversi. Misalnya saja wacana sekulerisasi agama yang diungkapkan Nurcholish Madjid melalui slogannya yang terkenal “Islam Yes, Partai Islam No!.” 2.
Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO) berdiri pada tanggal 15 maret 1986 di Jakarta, sebagai organisasi pecahan/faksi dari HMI yang disebutkan sebelumnya, terlahir akibat konflik berkepanjangan dalam menyikapi penerimaan asas tunggal tersebut
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia pada tanggal 17 April 1960 di Surabaya mendirikan sebuah organisasi sebagai wadah pergerakan angkatan mudanya dari kalangan mahasiswa yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Pada tahun 1998 PMII bersama kaum muda NU lainnya telah bergabung dengan elemen gerakan mahasiswa untuk mendukung digelarnya people’s power dalam menumbangkan rezim Soeharto. Di jalur intelektual PMII banyak mengembangkan dan mengapresiasikan gagasan-gagasan baru, misalnya mengenai hak asasi manusia, gender, demokrasi dan lingkungan hidup.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ketika situasi nasional mengarah pada demokrasi terpimpin yang penuh gejolak politik di tahun 1960-an, dan perkembangan dunia kemahasiswaan yang terkotak-kotak dalam bingkai politik dengan meninggalkan arah pembinaan intelektual, beberapa tokoh angkatan muda Muhammadiyah seperti Muhammad Djaman Alkirdi, Rosyad Soleh, Amin Rais dan kawan-kawan memelopori berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Yogyakarta pada tanggal 14 Maret 1964. Ide dasar gerakan IMM adalah; yakni membangun tradisi intelektual dan wacana pemikiran melalui intelectual enlightement (pencerahan intelektual) dan intelectual enrichment (pengkayaan intelektual).
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), KAMMI terbentuk dalam rangkaian acara FS LDK (Forum Sillaturahmi Lembaga Da’wah Kampus) Nasional X di Universitas Muhammadiyah Malang tanggal 25-29 Maret 1998. Alasan dibentuknya adalah sebagai ekspresi keprihatian mendalam dan tanggung jawab moral atas krisis dan penderitaan rakyat yang melanda Indonesia serta itikad baik untuk berperan aktif dalam proses perubahan serta membangun kekuatan yang dapat berfungsi sebagai peace power untuk melakukan tekanan moral kepada pemerintah.
Pemahaman terhadap teologi sebagai landasan filosofis berpengaruh pada tindakan politik sebagaimana pengetahuan, bahwa ada kaitan antara fikiran dan tindakan.  Selanjutnya, ideologi yang dianut oleh gerakan mahasiswa Islam ini terungkap dan diwujudkan lebih jelas pada ekspresi politik.
Gerakan mahasiswa Islam sebagai realitas sosial merupakan replika atau miniatur dari kondisi masyarakat Indonesia pada umumnya.  Polarisasi dan friksi yang terjadi pada ormas Islam ternyata memiliki akar kesejarahan yang cukup panjang.  Sampai saat ini, tipologi Clifford Geertz tentang santri, priyayi dan abangan masih kental pada masyarakat sekarang.
Ideologi gerakan mahasiswa Islam pada dasarnya adalah Islam.  Namun dalam perkembangan selanjutnya mengalami metamorfose seiring dengan perkembangan jaman.  Dengan memahami ideologi meraka, kita dapat membaca atau menganalisa akan ke mana mereka selanjutnya.
 
B. RUMUSAN MASALAH.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah motivasi mahasiswa dalam mengikuti organisasi mahasiswa ekstra universitas atau sering dinamakan ormas mahasiswa, serta metode adaptif yang digunakan untuk tetap eksis dalam kegiatanya hingga sekarang.
 
C. TUJUAN PENELITIAN.
Tujuan penelitian untuk mengetahui keterlibatan mahasiswa dalam keikutsertaan iklim perubahan yang terjadi, memberikan gambaran bahwa gerakan mahasiswa merupakan kepentingan yang ikut mendukung maju dan berkembangnya bangsa. 
 
D. MANFAAT PENELITIAN.
 a. Teoritis.
-Untuk menambah wawasan keilmuan dalam peningkatan kadar intelektual.
  b. Praktis.
 -  Untuk memperkaya kajian dalam dunia akademik tentang stratifikasi sosial dalam masyarakat.
 
 
BAB II
KAJIAN TEORI

I.TEORI PERTUKARAN JARINGAN
Teori pertukaran jaringa mengombinasikan teori [ertukaran sosial dan analisis jaringan. Kombinasi itu diasumsikan menyempurnkan kelebihan kedua teori sambil memperbaiki kekurangannya. Di satu sisi, analisis jaringan mempunyai keunggulan mampu membangun representrasi yang komplek dari interaksi sosial mulai dari relasi sosial yang sedrhana dan dapat digambarkan, tetapi cook dan withmeyer (1992:123) mengatakan bahwa analisis ini mempunyai kekurangan tentang konsep relasi itu sendiri. Di lain pihak, teori pertukaran sosial mempunyai keunggulan karena memiliki model aktor tunggal yang membuat pilihan berdasarkan manfaat yang mungkin diraih, namun mempunyai kekurangan karena ia melihat struktur sosial terutama sebagai hasil dari pilihan individu ketimbang sebagai suatu determinan pilihan-pilihan tersebut.
Emerson (1972a, 1972b) mengawali riset tentang jaringan pertukaran sosial ketika dia menyimpulkan bahwa teori pertukaran sosial terbatas oleh fokusnya pada dua orang, atau relasi pertukaran diadik (dyadic). Dengan memperlakukan relasi-rrelasi itu sebagai relasi yang salin berkaitan (interconnected), Emerson kemudian melangkah maju untuk melihat pertukaran sosial sebagai sesuatu yang dilekatkan pada struktur jaringan yang lebih luas.
II INTERAKSIONISME SIMBOLIK
Interaksionisme Simbolik adalah kajian pada skala mikro, yakni pada proses-proses interaksi-diri yang berlangsung antara seorang individu dengan kesadaran subyektifnya sendiri. Karena itu, teori ini pada dasarnya adalah sebuah perspektif psikologi sosial. Sebagian besar analisisnya difokuskan pada individu (self atau diri), dan pada skala kecil hubungan interpersonal. Individu dilihat sebagai pembentuk aktif dari tindakan-tindakannya sendiri yang bisa melakukan interpretasi, evaluasi, pendefinisian, dan pemetaaan atas stimuli dan objek yang ada di depannya.
Konsep lain yang juga penting dalam interaksionisme simbolis adalah gagasan Mead tentang “I” sebagai subjek dan “Me” sebagai objek. Konsep seperti ini sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia, karena kata “Aku” bisa sekaligus menjadi subjek atau objek. Bagi Mead “I” mencerminkan sosok individu yang melakukan tindakan secara bebas, spontan dan aktual sehingga “I” dianggap sebagai yang non-reflektif. Sementara “Me” bersifat reflektif, artinya apa yang telah dilakukan oleh “I” menjadi kajian refleksi bagi “Me”. “I” menjadi ingatan bagi “Me” dan ingatan tersebut sewaktu-waktu dinilai sendiri oleh “Me” dari kacamata orang lain. “I” dan “Me” (yang keduanya menyatu dalam setiap sosok individu) dengan demikian menjadi cerminan bagi “konsep-diri”.
Salah satu keberatan atas teori interaksionisme simbolik adalah justru penekanannya yang terlampau bersifat psikologis, sehingga sulit dipakai untuk menganalisa problem-problem sosiologis dalam skala besar. Menganalisa perubahan sosial, misalnya, tidak cukup hanya dengan melihat akibat dari atau dorongan-dorongan ke arah perubahan-perubahan tersebut pada level individual. Pada sisi lain, perspektif ini juga cenderung terjebak pada determinisme psikologis untuk menjelaskan realitas sosial.

III. TINDAKAN SOSIAL
Tindakan Sosial dibedakan menjadi 4 tipe tindakan ;
1. Tindakan Sosial Instrumental
Dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dan tujuan yang akan dicapai dengan didasari tujuan yang telah matang dipertimbangkan.
2. Tindakan Sosial Berorientasi Nilai
Dilakukan dengan memperhitungkan manfaat dan tujuan yang ingin dicapai tidak terlalu dipertimbangkan.
3. Tindakan Sosial Tradisional
Termasuk kebiasaan yang berlaku selama ini dalam masyarakat
4. Tindakan Afektif
Sebagian besar tindakan dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa perhitungan atau pertimbangan yang matang.





BAB III
METODE PENELITIAN

A.Sifat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan di Surabaya menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dan utuh mengenai pergerakan mahasiswa dalam hal keagamaan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yakni peneliti berusaha memahami makna (interpretative under standing) dari peristiwa atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat dan suatu hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Tujuan fenomenologi adalah untuk dapat menggambarkan perilaku-perilaku yang dilakukan masyarakat dalam kehidupannya.

1.Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan mengambil lokasi Surabaya yang merupakan daerah yang akan diteliti oleh peneliti dan akan dilaksanakan selama bulan Oktober sampai November. Alasan metodelogis pemilihan Surabaya karena Surabaya adalah kota metropolitan dan sesuai dengan judul yang diambil oleh peneliti. Juga penelitian dilakukan dengan wawancara melalui internet.
2.Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anggota pergerakan mahasiswa dalam hal keagamaan. Anggota mahasiswa keagamaan yang ada di Surabaya dimungkinka bisa memenuhi informasi mengenai penelitian kami.. Yang pada akhirnya diharapkan dapat memenuhi informasi menganai fenomena pergerakan keagamaan mahasiswa.

3.Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan dalam penelitian ini menggunakan data primer. Penggalian data primer menggunakan metode observasi dan teknik indepth intervier serta snowball sampling. Indepth interview digunakan untuk menggali data yang sedalam-dalamnya, hal ini bertujuan agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Data yang dikumpulakan berupa jawaban-jawaban, ucapan-ucapan, atau perilaku yang didasarkan dari hubungan empati, respon itu pun pengelompokan dari berbagai fenomena yang ditemukan di lapangan. Kemudian memahami artinya secara mendalam dan dicatat dalam field note (catatan lapangan). Snowball sampling digunakan dengan menggali data dari permukaan sampai data yang terdalam. Teknik ini menetapkan pihak pemerintah kota Surabaya sebagai Key Informan, karena dari pihak ini lah peneliti mendapatkan informasi-informasi.



4.Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengatur, mengorganisasikan, ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian data. Proses analisis data ini peneliti mengumpulkan data secara bertahap. Pertama, peneliti menelaah seluruh dari berbagai sumber dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, yaitu melalui pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang terjadi serta respon dan perilaku masyarakat Surabaya. Kedua, setelah peneliti mengumpulkan data maka data tersebut akan di proses dan dianalisis menggunakan teori-teori yang telah dirumuskan oleh peneliti pada rinjauan teori, ketiga, peneliti akan menginterprestasikan data yang telah diolah dan diperoleh dilapangan dengan menggunakan metode triangulasi, metode ini dapat ditempuh dengan beberapa langkah yaitu,
(2)Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
(3)Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
(4)Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
(5)Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan mengengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.
(6)Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.